LAPORAN PKL KU
BAB III
Pada SCADA terdapat 3 bagian yaitu:
BAB IV
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Seiring dengan pesatnya kemajuan
dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya dibidang
ketenagalistrikan, maka sebagai mahasiswa dituntut untuk mempunyai keahlian,
pengalaman dan kepekaan dalam mengatasi dan menghadapi berbagai permasalahan
serta tantangan yang terjadi di dunia kerja, sehingga kita dapat mempersiapkan diri sedini mungkin
untuk menghadapi kemajuan teknologi tersebut. Oleh karena itu maka Politeknik Negeri
Lhoksemawe khusunya Program Study Teknik Listrik berusaha untuk berpartisipasi
dalam mengantsipasi perkembangan tersebut dengan menerapkan beberapa program
yang wajib untuk dilaksanakan oleh mahasiswa sehingga diharapkan dapat
menghasilkan lulusan yang berkulitas dan dapat mengembangkan keahliannya di dunia kerja.
Berdasarkan
hal tersebut, maka perlu dilakukan Praktek Kerja Lapangan (PKL) yang merupakan
salah satu mata kuliah yang
diwajibkan kepada setiap mahasiswa. Praktek Kerja Lapangan ini sangat membantu mahasiswa dalam mengenal dan sebagai
gambaran agar tidak asing lagi ketika memasuki dunia kerja. Selain itu
mahasiswa diberi kesempatan untuk mengimplementasikan disiplin ilmu yang sudah
dipelajari dibangku kuliah serta mendapatkan pengetahuan baru yang sangat
berguna nantinya.
1.2 Tujuan Praktek Kerja Lapangan.
Adapun tujuan Praktek Kerja Lapangan yang penulis
laksanakan adalah :
1.Sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan
program pendidikan Diploma 3
2. Mengetahui pengendali
dan monitoring sistem
scada.
3. Bagian
scada yang ada pada PT .PLN Area banda aceh.
4. Bagian
– bagian dari interfec
5. Cara
membuat coponen sistem scada.
1.3 Manfaat Praktek Kerja Lapangan.
Adapun manfaat yang dapat diperoleh setelah melaksanakan praktek kerja
lapangan dua bulan diantaranya adalah :
§ Mahasiswa dapat mengenal dan memahami
permasalahan yang terjadi pada PT.PLN Cabang Banda Aceh baik masalah teknis, maupun non teknis pada perusahaan.
§ Mendapatkan pengetahuan baru serta pengalaman
yang sangat berharga terutama dalam mempersiapkan diri sebelum memasuki dunia
kerja.
§ Dapat mencoba mengaplikasikan ilmu
teoritis yang telah diperoleh pada masa perkuliahan dalam praktek dilapangan.
§ Dapat lebih mengenal secara
visual dan nyata peralatan –
peralatan yang selama ini hanya siswa lihat pada buku – buku materi kuliah.
§ Dengan ilmu pengetahuan yang dimiliki
mahasiswa dapat mencoba menganalisa serta mencari solusi dalam berbagai
permasalahan yang mungkin timbul, khususnya di bidang ketenaga listrikan.
1.4 Batasan Masalah
Mengingat
kompleksnya permasalahan mulai dari prosedur aktivitas kerja dan ruang lingkup
dari wilayah cakupan kerja serta dengan terbatasnya waktu praktek kerja
lapangan, tidaklah memungkinkan semua persoalan dan permasalahan dari hasil maka permasalahan dibatasi pada Sistem monitoring SCADA pada PT.PLN
(Persero) Cabang Banda Aceh
1.5 Metode Penulisan
Metode yang dilakukan penulis untuk menyusun laporan ini adalah dengan :
1.
Metode
Observasi
Dengan cara ini kami mencari data dengan melihat langsung ke lapangan,
sehingga data yang dibutuhkan dapat diperoleh secara langsung melalui peralatan
yang ada melalui bimbingan mentor.
2.
Metode
Wawancara
Kami melakukan wawancara secara langsung dengan mentor atau operator agar
mendapatkan penjelasan mengenai bidang yang ditekuninya untuk mendapatkan data
dan informasi.
3.
Metode Studi
Literatur
Kami mengumpulkan data melalui beberapa buku
referensi, baik buku-buku kuliah, buku dari mentor maupun buku dari
perpustakaan yang menunjang terhadap judul yang sedang dibahas.
1.6 Tempat Dan Waktu Pelaksanaan Praktek Kerja
Lapangan.
Kerja praktek dilaksanakan di PT PLN
(Persero) Cabang Banda Aceh Jln. Tentara Pelajar No. 11 Banda Aceh, selama Satu bulan sejak tanggal 10 July 2011 sampai dengan 10 Agustus 2012.
Kegiatan Praktek Kerja Lapangan mengikuti
jadwal kerja karyawan PT. PLN (Persero) Cabang Banda Aceh, yaitu
lima hari kerja dari hari senin hingga hari jumat dan hari sabtu-minggu libur.
1.7 Sistematika
Penulisan Laporan
Untuk memudahkan pembahasan dalam laporan kerja
praktek ini, maka laporan disusun berdasarkan sistematika sebagai berikut:
BAB I : Pendahuluan
Yaitu menjelaskan latar belakang masalah, batasan
masalah, tujuan kerja praktek, tempat dan waktu pelaksanaan kerja praktek,
metode kerja praktek, sistematika penulisan laporan.
BAB II : Tinjauan Umum
Perusahaan
Yaitu menjelaskan sejarah singkat
berdirinya perusahaan, visi dan misi,
serta gambaran kegiatan proses produksi dan menjelaskan struktur organisasi PT.
PLN (Persero) Cabang Banda Aceh serta Kegiatan Utama PT
PLN (Persero) Cabang Banda Aceh.
BAB III : Dasar
Teori
Yaitu menjelaskan tentang Sistem SCADA, Fungsi –
fungsi utama SCADA.
BAB IV
: Pembahasan
Yaitu menjelaskan tentang sistem kerja DMD
pada SCADA, single line diagram, geographical diagram, fungsi DMD pada sistem
SCADA dan keistimewaan DMD pada Sistem SCADA
BAB V : Penutup
Yaitu berisi tentang kesimpulan dan saran
tentang pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan.
BAB II
TINJAUAN PERUSAHAAN
2.1. Sejarah
Singkat PT PLN (Persero)
Sejarah ketenaga listrikan di Indonesia dimulai pada akhir abad
ke-19, ketika beberapa perusahaan Belanda mendirikan pusat tenaga listrik untuk
pemakaian sendiri. Selanjutnya perusahaan Listrik tersebut berkembang menjadi
perusahaan untuk kepentingan umum. Selama Perang Dunia II berlangsung,
perusahaan-perusahaan listrik terebut dikuasai oleh Jepang dan setelah
kemerdekaan Indonesia, tanggal 17 Agustus 1945, perusahaan-perusahaan listrik
tersebut direbut oleh pemuda-pemuda Indonesia pada bulan September 1945,
kemudian diserahkan kepada pemerintah Republik Indonesia. Pada tanggal 27
Oktober 1945, Presiden Soekarno membentuk jawatan listrik dan gas, dengan
kapasitas pembangkit tenaga listrik hanya sebesar 157,5 MW saja. Tanggal 1
Januari 1961, jawatan Listrik dan Gas tersebut diubah menjadi BPU-PLN (Badan
Pimpinan Umum Perusahaan Listrik Negara) yang bergerak di bidang
Ketenagalistrikan, Gas dan Kokas. Tanggal 1 Januari 1965, BPU-PLN dibubarkan
dan dibentuk 2 perusahaan Negara yaitu Perusahaan Listrk Negara (PLN) yang
mengelola tenaga listrik dan Perusahaan Gas Negara (PGN) yang mengelola Gas.
Pada saat itu kapasitas pembangkit listrik PLN sebesar 300 MW, tahun
1972 Pemerintah Indonesia menetapkan status Perusahaan Lustrik Negara sebagai
Perusahaan Umum Listrk Negara (PLN). Tahun 1990 melalui peraturan pemrintah
No.17, PLN ditetapkan sebagai pemegang kuasa usaha ketenaga listrikan. Tahun
1992, pemerintah memberikan kesempatan kapada sector swasta untuk bergerak
dalam bisnis penyediaan tenaga listrik. Sejalan dengan kebijakan diatas, pada
bulan Juni 1994 status PLN dialihkan dari perusahaan umum menjadi Perusahaan
Perseroan (Persero).
2.1.1
Falsafah Perusahaan PT. PLN (Persero)
Falsafah Perusahaan PT. PLN (Persero) adalah :
- Membawa kecerahan dan kegairahan dalam kehidupan masyarakat yang produktif.
2.1.2 Visi Perusahaan PT. PLN (Persero)
Visi Perusahaan PT. PLN (Persero) adalah :
-
Diakui sebagai Perusahaan Kelas
Dunia yang bertumbuh kembang, unggul dan terpercaya dengan bertumpu pada
potensi insani.
2.1.3 Misi Perusahaan PT. PLN (Persero)
Misi Perusahaan PT. PLN (Persero) adalah :
- Menjalankan bisnis
kelistrikan dan bidang lain yang terkait,berorientasi pada kepuasan pelanggan,anggota
perusahaan dan pemegang saham.
- Menjadikan tenaga listrik
sebagai media untuk meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat.
- Mengupayakan agar tenaga
listrik menjadi pendorong kegiatan ekonomi.
- Menjalankan kegiatan usaha
yang berwawasan lingkungan.
2.1.4 Motto Perusahaan PT. PLN (Persero)
Motto Perusahaan PT. PLN (Persero) adalah :
- Listrik untuk kehidupan yang
lebih baik (Electricity for a better Life).
2.1.5 Nilai- nilai Perusahaan
- Peka dan tanggap kebutuhan pelanggan
Senantiasa berusaha untuk tetap
memberikan pelayanan yang dapat memuaskan kebutuhan pelanggan secara cepat,
tepat, dan sesuai.
- Penghargaan pada harkat dan martabat manusia
Menjunjung
tinggi harkat dan martabat manusia dengan segala kelebihan dan kekurangannya
serta mengakui dan melindungi hak- hak asasi dalam menjalankan bisnis.
-
Integritas
Menjunjung
tinggi nilai kejujuran, integritas, dan obyektifitas dalam pengelolaan bisnis.
-
Kualitas produk
Meningkatkan
kualitas dan keandalan produk secara terus menerus dsn terukur serta menjaga
kualitas lingkungan dalam menjalankan perusahaan.
-
Peluang untuk maju
Memberikan
peluang yang sama dan seluas- luasnya kepada setiap anggota perusahaan untuk
berprestasi dan menduduki posisi sesuai dengan kriteria dan kompetensi jabatan
yang ditentukan.
-
Inovatif
Bersedia
berbagi pengetahuan dan pengalaman dengan semua anggota perusahaan, menumbuhkan
rasa ingin tahu serta menghargai ide dan karya inovatif.
-
Mengutamakan kepentingan
perusahaan
Konsisten
untuk mencegah terjadinya benturan kepentingan dan menjamin didalam setiap
keputusan yang diambil demi kepentingan perusahaan.
-
Pemegang saham
Dalam
pengambilan keputusan bisnis akan berorientasi pada upaya meningkatkan nilai
investasi pemegang saham.
2.1.6 Lambang Perusahaan PT. PLN (Persero)
Berdasarkan SK Direksi No. 013/DIR/1976 tentang Lambang PLN,
dijelaskan sebagai berikut :
1.
Gambar lambang PLN tercantum
dalam suatu bidang datar :
a.
Warna kuning keemasan.
b.
Bentuk segi empat dan berskala
panjang 3:4.
c.
Tanpa garis pinggir bila
diperlukan penggambaran segi empat tersebut pada titik b, dapat dipergunakan
garis pinggir sebagai batas.
d.
Tanpa tulisan Listrik Negara,
ataupun tulisan lain di dalamnya.
2.
Gambar lambang PLN terdiri dari
(lihat gambar) :
a.
Petir atau kilat yang berbentuk
seperti gambar, di sebelah atas tebal dan meruncing di sebelah bawah, berwarna
merah darah dan memotong/ menembus ketiga garis gelombang.
b.
Tiga buah gelombang yang
berbentuk sinusoida (2,5 perioda), berwarna biru laut, tersusun sejajar dalam
arah mendatar, terletak di tengah- tengah segi empat pada dasar kuning keemasan
tersebut.
3.
Gambar lambang PLN diartikan
sebagai berikut :
a.
Petir atau Kilat melambangkan
tenaga listrik yang terkandung di dalamnya.
b.
Lambang gelombang dipergunakan
dalam lambang PLN, karena segala macam tenaga (energi) dapat dinyatakan sebagai
gelombang (cahaya, listrik, akustik, dll). Kegiatan PLN antara lain mencakup
konversi segala macam tenaga/ energi menjadi tenaga listrik.
c.
Tiga buah gelombang sejajar
diartikan tiga sikap karyawan PLN dalam melaksanakan tugas negara yaitu
bekerjan keras, bergerak cepat dan bertindak cepat. Arti yang lain adalah bahwa
pelaksanaan tugas PLN harus serempak dalam tiga bidang, pembangkitan,
penyaluran dan pendistribusian tenaga listrik.
4.
Warna gambar lambang PLN
diartikan sebagai berikut :
a.
Warna kuning keemasan
melambangkan Keagungan Tuhan Yang Maha Esa, serta agungnya kewajiban PLN.
b.
Warna merah darah melambangkan
keberanian dan dinamika dalam melaksanakan tugas untuk mencapai sasaran
pembangunan.
c.
Warna biru laut melambangkan
kesetiaan dan pengabdian pada tugas untuk menuju dan mencapai kemakmuran dan
kesejahteraan rakyat Indonesia seperti yang dinyatakan dalam PP 18 Tahun 1972.
5.
Penempatan tulisan- tulisan
yang menyatakan satuan PLN adalah sebagai berikut :
a.
Dicantumkan di sebelah kanan
lambang pada papan nama PLN tersebut.
b.
Pada benda- benda, peralatan,
kendaraan dan sebagainya di sebelah atas lambang di cantumkan Satuan Induknya
(PLN Pst, PLN Wilayah/ Unit Bisnis, PLN Proyek dan sebagainya) di bawah lambang
dicantumkan satuan eselon berikutnya (PLN Cabang, Sektor dan sebagainya).
6.
Standar bentuk gambar/ lambang
PLN adalah sebagai berikut :
Standar bentuk lambang serta ukuran- ukurannya di bakukan seperti
tertera pada gambar. Semua lambang di buat sesuai kelipatan 1/10, 1/5, ½, 1, 2,
3, dari lambang tersebut. Gambar lambang perusahaan PT. PLN (Persero) :
Gambar 1 Lambang PT. PLN (Persero)
2.1.7 Aspek-aspek Kegiatan
Perusahaan
Kegiatan
usaha yang dilakukan oleh PT PLN (persero) secara umum meliputi hal-hal berikut
:
§ Produksi transmisi dan distribusi tenaga listrik
§ Perencanaan dan pembangunan bidang kelistrikan
§ Pengendalian dan pengembangan tenaga listrik
§ Pengusaha jasa-jasa di bidang tenaga listrik
Sedangkan kegiatan usaha yang berhubungan dengan penyediaan tenaga
listrik, antra lain :
a.
Pembangunan Jaringan
Merupakan pembangunan hantaran udara, yang meliputi. Tegangan
rendah, tegangan menengah, dan jaringan dibawah tanah (kabel TR dan TM)
b.
Pembangunan gardu-gardu
Distribusi
Merupakan gardu yang mendistribusikan Kwh atau menyalurkan tenaga
aliran listrik kepada pelanggan melalui jaringan tegangan rendah atau TR,
termasuk perlengkapan Kwh.
c.
Pembangunan Tiang.
d.
Pemeliharaan gardu jaringan,
sambungan rumah dan memelihara gedung.
e.
Penyambungan baru.
Mengadakan kegiatan pemasangan atau penyambungan listrik rumah-rumah
konsumen baru.
f.
Tambah daya.
Mengadakan
perubahan beban penambahan maupun penurunan daya.
g.
Perubahan tarif.
Merupakan
perubahan tarif dari pelanggan umum ke kelompok lainnya atau sebaliknya,
misalnya dari ruma tinggal ke tarif industri atau usaha
h.
Pelayanan kepada pelanggan.
·
Permintaan sambungan baru dan
perubahan daya
·
Permintaan penerangan sementara
·
Permintaan perbaikan atau
pembongkaran sambungan rumah
i.
Pembacaan meteran listrik.
Melakukan pencatatan stan meter
j.
Pembuatan rekening listrik.
Pembuatan rekening listrik atas pemakaian tenaga listrik
2.2 Sejarah
Singkat PT PLN (Persero) Wilayah Aceh
PT PLN (Persero) Wilayah Aceh merupakan
salah satu Kantor Wilayah PT PLN (Persero) di daerah paling ujung bagian barat
Pulau Sumatra yang membawahi 6 unit Kantor Cabang dan 30 Unit Kantor Ranting
diseluruh daerah dalam propinsi NAD.
Enam Kantor Cabang yang berada di bawah
PT PLN (Persero) Wilayah Aceh, yaitu kantor Cabang Banda Aceh, Cabang Sigli,
Cabang Lhokseumawe, Cabang Langsa, Cabang Meulaboh dan Kantor Cabang
Subulussalam.
Jumlah pelanggan PT PLN Wilayah Aceh
secara keseluruhan 726.001 pelanggan dengan kwh yang terjual 893.232.572 kwh.
Beban puncak pemakaian energi listrik di seluruh wilayah Aceh saat ini mencapai
204.5 MW. Dari beban puncak tersebut yang dibangkitkan oleh mesin pembangkit
PLN Wilayah Aceh adalah 58,2 MW, sisanya dipasok melalui sistem transmisi 150
KV dari PLN pembangkitan Sumatera Bagian Utara khususnya untuk daerah pesisir
timur Aceh. Sedangkan pesisir barat masih merupakan sistem kelistrikan yang
isolated.
Pada dasawarsa sebelum tahun 2000 PLN Wilayah Aceh beroperasi
layaknya satu perusahaan yang tumbuh kembang walaupun secara nasional di
penghujung tahun 1998 negara kita mulai dilanda masa krisis ekonomi walaupun belum
memberi nilai positif dalam pemulihannya hingga sekarang.
Tahun terus berjalan sebagaimana bumi juga berputar namun bumi
serambi Mekkah yang di dalamnya PLN Wilayah Aceh berada, mengalami suatu
kondisi yang sangat menguras tenaga dan
pikiran insan ketenaga listrikan disana, karena banyak hal terjadi disana yaitu
konflik horizontal dan terjanya gempa dan disusul pula oleh gelombang tsunami
pada tanggal 26 Desember 2004.
Pada saat konflik melanda Aceh, dalam kondisi yang sangat tidak
kondusif itu PT PLN (Persero) Wilayah Aceh terus berusaha memberikan pelayanan
terbaik masyarakat pelanggan. Apalagi dalam masa konflik Aceh ini PT PLN
Wilayah Aceh tidak sedikit mengalami gangguan sarana dan prasarana yang
dimliki, baik penumbangan tower, maupun pengrusakan jaringan lainnya, yang
semua itu mengakibatkan kerugian yang tidak sedikit yang dialami oleh PT PLN
(Persero) Wilayah Aceh.
Dalam masa pasca tsunami seiring dengan suasana perdamaian Aceh
sekarang ini, kondisi pelayanan sumber energi listrik di wilayah Aceh terus
membaik. Meskipun kondisi penyuplaian dari Belawan Sumatera Utara masih terjadi
mengalami gangguan akibat rusaknya beberapa unit pembangkit di PLTU Belawan Sumatera Utara
yang mengakibatkan kebutuhan pasokan listrik di Aceh terkadang harus dilakukan
pemadaman bergilir pada kondisi tertentu, terutama di wilayah pantai timur
hingga Banda Aceh. Untuk memperkecil pemadaman PLN Aceh harus mengoperasikan
bebrapa PLTD, seperti PLTD Cot Trueng Lhokseumawe, PLTD pulo Pisang Sigli dan
PLTD sektor Lueng Bata Banda Aceh.
2.3 Profil
PT PLN (Persero) Cabang Banda Aceh
PT PLN (Persero) Cabang Banda Aceh yang beralamat di Jl. Tentara Pelajar
No.11 Kota Banda Aceh adalah salah satu Kantor Cabang dari PT PLN (Persero)
Wilayah Aceh yang membawahi kantor Rayon / Ranting kota Banda Aceh, kota
Jantho, kota Sabang dan sekitarnya dengan total VA tersambung 202,074 kVA,
total JTM 2.239,1 KMS, JTR 1.271,82 KMS, gardu (Bh/KVA) 1.134/130.590. Dengan
omset 15,4 miliar.
Untuk meningkatkan mutu pelayanan, saat ini PT PLN (Persero) Cabang Banda
Aceh tengah melaksanakan pengaplikasian Sistem SCADA pada jaringannya untuk
tujuan pegukuran, pengawasan, dan control dari jarak jauh secara real time.
2.3.1 Kegiatan Perusahaan
PT PLN (Persero) Cabang Banda Aceh adalah salah
satu kantor pelayanan kelistrikan yang berada di bawah
PT PLN (Persero) Wilayah Aceh yang menaungi wilayah kota Banda Aceh dan
sekitarnya. Dalam kesehariannya PT PLN (Persero) Cabang Banda Aceh melayani
berbagai macam persoalan-persoalan dalam pendistribusian tenaga listrik ke
konsumen, pemeliharaan jaringan listrik, penambahan daya listrik, serta loket
pelayanan pembayaran rekening listrik.
Saat ini PT PLN (Persero) Cabang Banda Aceh terus
melakukan perbaikan perbaikan sistem kelistrikan untuk meningkatkan
kehandalan, efisiensi, dan mutu kelistrikan di daerah yang menjadi layanan PT
PLN (Persero) Cabang Banda Aceh pasca gempa dan tsunami pada 26 Desember 2004
yang mengakibatkan kerusakan yang sangat serius pada system kelistrikan di
daerah layanan PT PLN (Persero) Cabang Banda Aceh yang sebagian besar terkena
bencana tersebut, selain itu untuk menekan losses (kerugian) PT PLN (Persero)
Cabang Banda Aceh terus melakukan penertiban terhadap jaringan listrik liar
yang mencuri listrik dari PLN, serta pemutusan sambungan listrik bagi pelanggan
yang pembayaran listriknya menunggak.
|
DASAR TEORI
3.1 SISTEM SCADA
SCADA adalah
singkatan dari Supervisory Control and
Data Acquisition. SCADA merupakan alat pengontrol dan pengumpul data yang
berfungsi untuk memonitor keadaan suatu sistem. Bila terjadi gangguan pada
sistem tersebut, maka SCADA dapat menunjukkan letak titik gangguan, sehingga
gangguan dapat diatasi dengan cepat. Data yang diterima oleh SCADA tergantung
dimana pengaplikasiannya, contohnya pada PT. PLN(Persero) yaitu: circuit
breaker, disconnecting switch, line isolator dan alarm.
|
- Telekontrol (TC)
Operator pada system SCADA(dispatcher) dapat melakukan kontrol secara remote, hanya dengan menekan satu tombol, untuk membuka atau
menutup sistem yang dimonitor SCADA.
- Telestatus (TS)
Dispatcher dapat memanfaatkan TS untuk mendapatkan indikasi dari semua alarm
dan kondisi peralatan tertentu yang bisa dibuka (open) dan ditutup (close).
- Telemetering (TM)
Dispatcher memanfaatkan TM untuk kebutuhan pemantauan meter. Dengan demikian
dispatcher dapat memantau meter dari keseluruhan jaringan hanya dengan duduk di
tempatnya, tentu saja dengan bantuan peralatan pendukung lainnya.
SCADA yang dioperasikan pada control
center mencakup berbagai aplikasi yaitu sebagai berikut:
- Akusisi data
- Supervisory control
- Pemantauan data, pemrosesan event (kejadian) dan alarm
- Kalkulasi data
- Tagging (penandaan)
- Perekaman data
- Pelaporan
Fungsi – fungsi utama SCADA pada PT. PLN(Persero) Banda Aceh adalah:
- Akusisi data / informasi : proses penerimaan / pengumpulan data dari berbagai peralatan dilapangan, data / informasi dapat berupa :
a. Status indikasi, seperti posisi Circuit Breaker (CB) atau Disconnecting Switch (DS).
b. Besaran–besaran pengukuran,
seperti daya reaktif, suhu, posisi tap trafo,
c.
Besaran energi.
- Supervisory Control : Fungsi pengendalian jarak jauh suatu peralatan Sistem Tenaga Listrik, misalnya mengoperasikan CB atau DS. Untuk manipulasi beban (manuver jaringan) atau untuk pekerjaan pemeliharaan di Gardu Hubung.
- Pemprosesan data/informasi : Proses perhitungan, analisa data atau informasi yang didapat dari hasil pengumpulan data. Hasil dari pemprosesan data/informasi, bisa ditampilkan dalam bentuk :
- Laporan.
- Grafik /kurva.
- Hasil perhitungan.
- Fungsi Tagging : Fungsi peletakan informasi (penandaan) pada peralatan tertentu, misalnya CB/DS yang tidak boleh dioperasikan (ditutup) karena adanya pekerjaan pemeliharaan.
- Pemprosesan Alarm atau Event : Fungsi ini untuk memberikan informasi pada operator jika ada kejadian atau perubahan pada sistem tenaga listrik.
6.
Post Mortem Review : Fungsi untuk menganalisa
akibat dari adanya gangguan sistem, serta mengembalikan ke kondisi normal.
3.2
PERANGKAT
PADA REMOTE STATION DAN MASTER STATION.
3.2.1 Perangkat Remote
Station
Remote Terminal Unit (RTU) adalah peralatan
remote station berupa processor yang
berfungsi menerima, mengolah dan meneruskan inforrnasi dari master station ke sistem yang diatur dan
sebaliknya Adapun Perangkat yang terdapat di dalam
RTU yaitu :
1.
Transducer.
Transducer adalah peralatan remote station yang merupakan penghubung
(interface) antara sistem yang diatur
dengan RTU.
2.
Rangkaian proses (process circuit).
Rangkaian proses (process circuit) adalah fasilitas pada
rangkaian kontrol dan relay peralatan Gardu Hubung yang memungkinkan semua
masukan atau besaran informasi telestatus,
telemetering dan remote control
dapat disambungkan ke RTU tanpa mengubah wiring
peralatan.
3.
Relay board.
Relay board adalah tempat auxiliary relay untuk mengirim status
PMT, PMS dan mernisahkan tegangan kerja antara RTU dan sistem yang diatur Transducer board.
4.
Transducer board.
Transducer board adalah tempat kedudukan
transducer dalam proses telemetering dan tempat melakukan
kalibrasi transducer.
5.
Main distribution frame.
Main distribution frame adalah tempat
dari terminal-terminal kabel yang berhubungan dengan setiap card input/output RTU, yang mendistribusikan
keluar/masuk aliran data.
3.3 Perangkat Master Station
Master terminal unit ( MTU) merupakan inti dari sistem SCADA, MTU mengenali setiap data-data yang
dikomunikasikan dari masing-masing RTU. Data-data tersebut kemudian diproses,
disimpan dan dikirim ke stasion-stasion yang membutuhkan data-data tersebut.
Untuk meningkatkan keandalan sistem, Master
Terminal Unit terbagi menjadi beberapa sub sistem, yaitu :
1. Sub-Sistem Server
Server ini bertugas untuk melaksanakan sistem
restoring ketika terjadi suatu gangguan dan melakukan pengaturan subtitusi tugas ketika suatu stasion
mengalami gangguan sehingga sistem tetap berjalan.
Didalam me-restore sistem, ada beberapa cara untuk me-restart system kembali, yaitu:
Didalam me-restore sistem, ada beberapa cara untuk me-restart system kembali, yaitu:
a.
Automatic Restart, lama waktu me-restart tidak lebih dari 10 menit.
b. Manual
Restart, Dalam proses
restart ini, sistem/stasion yang mengalami gangguan harus segera dialihkan
tugasnya pada sistem back-up yang
telah dirancang sebelumnya
2.
Sub-Sistem Periperal
a)
Dot Matrix Printer : saat ini masih
digunakan karena printer yang mengandung
historik dan setiap cetakannya
mempunyai keunikan sehingga tidak mudah ditiru/dipalsu
b)
Black-White Laser Printer : Mencetak
laporan/summary
c)
Color Laser Printer : Mencetak
grafik-grafik kondisi system.
d)
Meja dan Kursi.
e)
Video screen projection system : terdiri
dari video projector, control system,
wall display, mechanical support. Fungsinya untuk menampilkan gambar grafis
dan alpanumeric (sesuai dengan yang
di workstasion), menampilkan gambar
jaringan transmisi atau distribusi secara menyeluruh.
f) Time and Frequency System : Sistem ini akan selalu tersinkron dengan sistem GPS untuk
memberikan sinkronisasi pada perangkat utama di pusat kendali. Kemudian dari pusat kendali akan melakukan
sinkronisasi pada masing-masing RTU di lapangan. Tujuan sinkronisasi untuk
menyamakan pengaturan waktu di pusat kendali dan di lapangan sehingga data
lapangan dan data di pusat kendali sama.
g)
Data Storage : untuk keperluan back-up data.
Perangkat keras yang ada pada
Master Station, antara lain :
a. Server : SCADA
server (mengolah & menyimpan semua data), historical server, DES, DBS,
Sub-sistem komnunikasi server dan offline database server.
b.
Workstasion : Workstasion Dispatcher, Engineer, DTS, di luar control system.
c.
Monitor.
d.
Printer.
e. Static
Diplay : menampilkan
besaran-besaran listrik.
f.
GPS sistem : sinkronisasi waktu.
g.
Layar Tayang : menampilkan
topologi jaringan, single line diagram,
status peralatan dan warna jaringan sesuai standart.
h. Switch
: perangkat lunak firewall untuk keamanan jaringan.
i.
Router : komunikasi antar control center dengan
menggunakan protokol ICC.
j.
Storage.
|
PEMBAHASAN
4.1 SISTEM KONFIGURASI SCADA BANDA
ACEH
Sistem konfigurasi SCADA terdiri dari perangkat RTU(Remote Terminal Unit), jaringan
telekomunikasi dan perangkat pada master
station. RTU dipasang di setiap GH yang akan dipantau. RTU berfungsi untuk
mengetahui setiap kondisi peralatan tegangan tinggi melalui pengumpulan
besaran-besaran listrik, status peralatan dan sinyal alarm yang kemudian
diteruskan ke master station melalui
jaringan telekomunikasi data dan ditampilkan di dalam DMD. DMD terdapat 2
sistem tampilan yaitu SLD (Single Line
Diagram) dan geographical diagram.
Dengan sistem konfigurasi SCADA, DMD mendapatkan
data dengan cepat dalam waktu sesaat (real
time) bila diperlukan. DMD juga dengan cepat dapat memberikan peringatan
pada dispatcher bila terjadi gangguan
pada sistem, sehingga gangguan dapat diatasi dengan cepat. Data yang dapat
diamati berupa kondisi ON / OFF, peralatan transmisi daya, kondisi sistem konfigurasi SCADA sendiri,
kondisi tegangan dan arus pada setiap bagian di komponen distribusi. Setiap
kondisi memiliki indikator berbeda, bahkan apabila terdapat indikasi yang tidak
valid maka operator akan dapat megetahui dengan mudah.
DMD mengacu pada operasi peralatan dari jarak
jauh, seperti CB(Circuit Breaker) atau DS(Disconnecting
Switch), pengiriman sinyal balik untuk menunjukkan atau mengindikasikan jika
operasi yang diinginkan telah berjalan efektif. Sebagai contoh pengawasan
dilakukan dengan menggunakan indikasi lampu, jika lampu biru menyala
menunjukkan peralatan yang terbuka (open),
sedangkan bila lampu hijau yang menyala menunjukkan bahwa peralatan tertutup (close) atau dapat menampilkan kondisi
tidak valid yaitu kondisi yang tidak diketahui, open atau close. Saat RTU
melakukan operasi kendali seperti membuka CB, perubahan dari lampu biru menjadi
hijau pada pusat kendali menunjukkan bahwa operasi berjalan dengan sukses.
DMD secara berurutan memindai (scanning) RTU dengan mengirimkan pesan
pendek di setiap RTU pada GH untuk mengetahui jika RTU mempunyai informasi yang
perlu dilaporkan. Jika RTU mempunyai sesuatu yang perlu dilaporkan, RTU akan
mengirim pesan balik pada DMD dan data akan diterima kemudian dimasukkan ke
dalam memori computer yang terlebih dahulu masuk ke server. Jika diperlukan, pesan akan dicetak pada mesin printer. Siklus
pindai membutuhkan waktu relatif pendek, sekitar 7 detik (maksimal 10 detik).
Siklus pindai yaitu pemindaian seluruh RTU dalam system DMD. Ketika DMD
memberikan perintah kepada RTU, maka RTU yang alamatnya sesuai dengan perintah
akan menjalankan perintah yang diberikan oleh DMD. Pada pelaksanaannya terdapat
waktu tunda untuk mencegah kesalahan yang berkaitan dengan umur data analog.
Selain dengan sistem pemindaian, pertukaran
data juga dapat terjadi secara incidental
(segera setelah aksi manuver terjadi) misalnya terjadi penutupan CB oleh
operator GH, maka RTU secara otomatis akan segera mengirimkan status CB di GH
tersebut ke DMD. DMD akan segera mengetahui bahwa CB telah tertutup.
Ketika operasi dilakukan dari DMD, Dispatcher melakukan tindakan berdasar
pada prosedur yang disebut metode “select
before execute (SBXC)“, seperti di bawah ini:
1.)
Dispatcher di Master
Station memilih RTU.
2.)
Dispatcher memilih peralatan
yang akan dioperasikan.
3.)
Dispatcher mengirim
perintah.
4.)
RTU mengetahui peralatan yang hendak dioperasikan.
5.)
RTU melakukan operasi dan mengirim sinyal balik
pada DMD ditunjukkan dengan perubahan
warna pada layar dan cetakan pesan pada printer logging.
Prosedur di atas meminimalkan kemungkinan
terjadinya kesalahan operasi. Jika terjadi gangguan pada RTU, pesan akan dikirim dari
RTU yang mengalami gangguan ke DMD dan pemindaian yang normal akan mengalami
penundaan yang cukup lama karena DMD mendahulukan pesan gangguan dan menyalakan
alarm agar dispatcher dapat mengambil
tindakan yang diperlukan secepatnya. Status semua peralatan pada RTU dapat
dimonitor setiap 2 detik, memberikan informasi kondisi sistem yang sedang
terjadi.
Gambar 2 Konfigurasi
Sistem SCADA
Keterangan dari gambar single line sistem SCADA Banda Aceh pada
Gambar 4.1 diatas:
1.
RTU adalah remote terminal unit
yang dipasang di GH dan GI yang berfungsi untuk mengirim data dan informasi ke
pusat control yang terdiri atas status (open
dan close),dan menerima perintah
remote control dari pusat kontrol, mengetahui besaran tegangan, arus,
frekuensi, dan daya.
2.
Media komunikasi yang digunakan
dalam Sistem SCADA banda aceh terdiri dari 2 media yaitu
- Radio yang digunakan pada GH Ajun,
Lueng bata, Lambaro dan Krueng Cut dengan frekuensi 2.43 Hz
-
Media Fiber Optic yang digunakan pada GH Merduati.
3.
MR atau Master Radio adalah
perangkat untuk menerima informasi yang melalui radio.
4.
CMU atau Common Multiplexer
yaitu perangkat yang menerima informasi yang melalui Fiber optic.
5.
SCU atau fron End yang
berfungsi untuk menerima atau menghimpun semua data yang dikirim oleh RTU.
6.
Switch berfungsi sebagai
terminal lalu lintas dari data-data yang dikirim dari SCU, switch ini
berperangkat logika dan otomatis dan diparalelkan. Pada dasarnya switch dua-dua
nya hidup, tapi satu sebagai back up
dan menunggu bila yang salah satu nya mati.
7.
DES atau Data Entry server
sebagai tempat entri data, perubahan-perubahan data yang kemudian dikirim ke
DBS.
8.
DBS atau Data Base Server
semua data yang disimpan di data base yang data nya bersifat real time,
setiap saat.
9.
HIS atau Historical Data
Server yaitu sejarah data-data yang pernah masuk ke database.
10. Time server merupakan penunjukan waktu dari data-data yang didapat
dilapangan.
11. WS atau Work Station merupakan pusat control / server pusat
sebagai tempat kerja operator.
12. EWS atau Engginer Work Station sebagai tempat kerja operator
yang dapat melihat langsung semua kondisi-kondisi yang terjadi di lapangan.
13. Data-data yang diterima dari lapangan dapat diproyektorkan.
14. Data yang didapatkan juga dapat di print.
4.1.1 Single
Line Diagram (SLD)
SLD adalah singkatan dari Single Line Diagram. SLD bersifat
offline dengan perangkat. Sistem ini lebih menitikberatkan kepada tampilan(display) single line diagram dari pasokan
listrik yang terjadi. Sistem ini dapat melakukan proses manuver secara langsung
dari layar monitor dan efek dari proses manuver yang terjadi akan ditampilkan
dalam bentuk perubahan warna dan objek berkedip untuk penyulang yang tidak
terpasok arus listrik.
Gambar 3 layar monitor Sistem Banda Aceh
(sumber: PT. PLN(Persero) Cabang Banda Aceh)
4.1.1.1 Modul-modul pada SLD
1. Modul
Display
Menampilkan SLD jaringan
TM(Tegangan Menengah), gambar dapat di scroll kekiri dan kekanan untuk melihat
dan mencari gardu atau penyulang yang dikehendaki. Untuk melihat detail dari
masing-masing objek, klik objek yang dikehendaki maka akan ditampilkan
informasi detail objek. Untuk objek dalam kondisi padam maka akan ditampilkan
berkedip-kedip dan dapat berbunyi sebagai alarm.
- Modul Manuver
Proses manuver
adalah untuk mengubah pasokan daya pada SLD. Perubahan pasokan daya akan
mengubah warna pada diagram pada SLD. Proses ini dapat dilakukan :
- Switch Detail Gardu, switch GH.
- Perubahan pada posisi saklar pada saat manuver maka secara otomatis akan menampilkan perubahan kondisi pasokan listrik sesuai dengan keadaan jaringan.
- Semua kejadian proses manuver dicatat dan disimpan dalam data base.
- Gardu rusak akan ditampilkan dengan objek berkelip-kelip.
- Kabel rusak akan ditampilkan dengan gambar objek kabel yang berkelip-kelip.
- Fungsi foto gardu untuk menuju ke tampilan gardu yang diinginkan.
- Pada detail gardu, bila terjadi pembukaan saklar maka tampilan pada detail gardu bagian yang diputus menjadi kelap-kelip, untuk menandakan bahwa ditempat tersebut terjadi gangguan.
- Informasi gardu ditampilkan pada tampilan detail gardu.
- Modul Editor
Modul Editor berfungsi untuk
melakukan pemeliharaan data pada aplikasi SLD(Single Line Diagram). Bila terjadi perubahan posisi gardu,
penambahan gardu baru, penggantin gardu, penambahan gardu sisipan dan
sebagainya, maka modul editor akan
digunakan untuk proses penambahan gardu baru dan bila terjadi proses perubahan
posisi gardu yang ada. Apliksi ini menggunakan system drag dan drop agar mudah
dilakukan oleh dispatcher. Modul Editor mampu membuat gambar detail
SLD yang baru.
4.1.1.2
Fitur-fitur pada SLD(Single Line Diagram)
- Menampilkan diagram SLD dan informasi pasokan daya listrik yang terjadi pada kondisi terakhir jaringan. Memungkinkan melakukan manuver langsung dilayar komputer. Display SLD menggunakan layar lebar LCD 3 buah yang saling bersambungan.
- Pencarian / find object : berfungsi untuk mencari atribut tertentu, misalnya GH, dll (otomatis objek akan ditampilkan ditengah layar dan berkedip-kedip).
- Informasi detail penyulang : menampilkan data detail penyulang.
- Informasi detail gardu : menampilkan detail gardu dan data dari informasi data hasil pengukuran.
- Informasi detail kabel antar gardu : menampilkan data detail kabel antar gardu.
4.1.1.3 Simbol-simbol pada SLD
- Gardu Hubung (GH)
- Penyulang
- Gardu distribusi
- Detail gardu
- Recloser
- Load break switch (LBS)
- Cut out (CO)
Gambar 4 Topology SLD(Single Line Diagram)
(sumber: PT. PLN(Persero) Cabang Banda Aceh)
Gambar 4.1 merupakan SLD(Single Line Diagram) pada DMD daerah Banda Aceh pada semua Gardu
Hubung. Seperti yang kita lihat tampak kotak-kotak berwarna hijau tersebut
menandakan kondisi adalah ON(close).
Kotak-kotak tersebut diibaratkan trafo yang terdapat pada trafo distribusi.
Garis pada gambar diibaratkan sebagai kabel, garis yang putus-putus merupakan
SKTM, sedangkan yang tidak putus-putus adalah SUTM. Ini merupakan topology SLD
pada DMD.
Gambar 5 SLD Gardu Hubung Merduati
(sumber: PT. PLN(Persero) Cabang Banda Aceh)
Gambar ini merupakan gambar detail
SLD pada gardu hubung Merduati. Pada kotak yang
berwarna putih merupakan status breaker,
open berwarna biru atau mati,
sedangkan close berwarna hijau atau
hidup.
4.2
FUNGSI DMD PADA SISTEM SCADA
Adapun fungsi dari DMD antara lain ialah
:
1.
Dapat mengetahui jalannya Arus
(Load Flow) yang dipakai.
Gambar 6 Aliran Beban (Load Flow)
(sumber:
PT.
PLN(Persero) Cabang Banda Aceh)
Pada Gambar 4.5 adalah tampilan DMD pada Load Flow( Aliran beban), dapat dilihat bahwa tampilan DMD pada Load Flow pada setiap penyulang di
daerah Banda Aceh. Load Flow yang
ditampilkan meliputi arus (A), Tegangan (V), Daya aktif, Daya Reaktif dan Cos θ.
Gambar 7 Detail
Load Flow
(sumber: PT. PLN(Persero) Cabang Banda Aceh)
Pada gambar 4.6 merupakan gambar detail dari Load Flow. Dapat dilihat bahwa tanda
panah merupakan jalannya arus pada tiap trafo pada penyulang, dimana setiap
jalannya arus memiliki arus yang berbeda sesuai dengan besarnya beban yang
dipakai pada setiap penyulang.
2.
Mengeksekusi Gardu Hubung yang di
SCADA-kan.
Gambar 8 Gardu-gardu Hubung yang di Scadakan
(sumber:
PT.
PLN(Persero) Cabang Banda Aceh)
Pada gambar 4.7 diatas merupakan
pewarnaan berdasarkan gardu. Dapat dilihat bahwa topology dari setiap Gardu Hubung(GH)
yang terdapat di wilayah Banda Aceh, semua GH ini akan di eksekusi oleh Sistem
SCADA atau dengan kata lain semua GH ini akan dapat di monitoring oleh SCADA.
Sistem pewarnaan berbeda-beda yaitu berdasarkan Gardu-gardu Hubung. Untuk GH
Lambaro berwarna Ungu, GH Merduati berwarna Merah, GH Lueng Bata berwarna Biru
Tosca, GH Ajun berwarna Kuning, dan GH Krueng Cut Berwarna Hijau Tua.
3.
Memonitoring
penyulang disetiap gardu hubung di Banda Aceh.
Gambar 9 Topology penyulang di setiap GH
(sumber:
PT.
PLN(Persero) Cabang Banda Aceh)
Pada gambar 4.8 merupakan
DMD berdasarkan Penyulang disetiap GH. Setiap penyulang mempunyai warna yang
berbeda. Untuk penyulang Lambaro berwarna Kuning, Penyulang Ajun berwarna Ungu,
penyulang Krueng Cut berwarna Cokelat keemasan, Penyulang Merduati berwarna
Hijau Tosca, dan Penyulang Lueng Bata berwarna Biru gelap.
4.
Memonitoring jaringan trafo di geographical
Gambar 10 Trafo Geographical
(sumber: PT. PLN(Persero) Cabang Banda Aceh)
Pada Gambar 4.9 diatas merupakan Trafo
Geographical yang terdapat pada derah Banda Aceh yang dibuat dalam
pemetaan. Pada gambar yang bewarna kuning merupakan measurement pada setiap
trafo, sedangkan yang bewarna kotak hijau adalah trafo.
Gambar 11 Trafo detail dari sebuah Recloser
(sumber: PT. PLN(Persero) Cabang Banda Aceh)
Pada gambar 4.1.1 diatas merupakan trafo detail dari sebuah recloser yang telah di zoom dari hasil
DMD tarfo Geographical. Pada kotak
yang berwarna hijau merupakan trafo, sedangkan yang berwarna kuning merupakan
nilai measurement. Recloser kotak
yang terdapat pada garis kuning.
4.2.1 One line Diagram
Gambar di bawah ini
merupakan gambar Sistem One Line Diagram
pada daerah Banda Aceh. Sistem One Line
Diagram tersebut yang akan terpantau di layar DMD(Distribution Mimic Diagram). Pada DMD tersebut akan tampak Gardu Hubung, Penyulang, Trafo dan Recloser. Selain itu seluruh Gardu
Hubung yang terdapat pada daerah Banda Aceh dimulai dari GH Merduati, GH Ajun,
GH Lambaro, GH Lueng Bata, GH Krueng Cut dapat dipantau.
Gambar 12 One line Diagram
(sumber:
PT.
PLN(Persero) Cabang Banda Aceh)
4.2.2
Geographical Diagram
Geographical Diagram adalah salah satu
pengembangan SCADA yang dikembangkan sebagai salah satu solusi untuk otomasi di
era globalisasi ini dan sekaligus memudahkan dalam pembuatan Single Line Diagram(SLD). Dengan
mengetahui letak Geographical Diagram maka akan mempermudah dalam meletakkan
semua komponen peralatan listrik didalam suatu DMD. Perbedaan yang mencolok
dari Geo-SCADA ini adalah kemampuannya untuk bisa mengintegrasikan banyak
sistem SCADA yang tersebar luas dan di lingkungan yang secara geografis tidak
terjangkau dengan komunikasi kabel.
Pada Geo-SCADA terdapat mekanisme kerja
yaitu, plant yang hendak dihubungkan
harus di identifikasi dan dikontrol dengan Geo-SCADA. Setelah mengetahui set point dan variabel
dari plant, kemudian menginputkan
nilai-nilai ini ke dalam Geo-SCADA dan bisa memulai sistem, Geo-SCADA secara
otomatis akan memulai data trending
dan logging untuk mendapatkan dan
menyimpan data-data aktual dari plant ke dalam database. Geo-SCADA juga
menyimpan data mengenai komponen-komponen dari plant, sebagai contoh kerusakan dari plant. Geo-SCADA akan menampilkan interface tentang keadaan aktual dari plant kepada dispatcher yang
berada pada control center. Apabila
terjadi kesalahan dalam plant/breakdown
maka alarm akan menyala untuk mengingatkan dispatcher
mengenai keadaan tersebut dan dispatcher bisa
segera mengambil tindakan langsung.
Gambar 13 Geographical Diagram
(sumber:
PT.
PLN(Persero) Cabang Banda Aceh)
Pada gambar 4.1.3 merupakan Geographical Diagram daerah Banda Aceh,
dimana pada geo Scada ini kita dapat melihat semua trafo distribusi, sehingga
apabila terjadi gangguan akan mempermudah mengatasi gangguan tersebut. Pada
gambar diatas dalam keadaan ON(Menyala).
4.3 KEISTIMEWAAN DMD PADA SISTEM SCADA PT. PLN(Persero) BANDA ACEH
Sistem DMD pada PT. PLN(Persero) Cabang Banda Aceh mempunyai keistimewaan,
diantaranya adalah:
- Pengembangan tampilan visual sistem yang tidak lagi terbatas karena tampilan visual yang dinamis (zoom in, zoom out) dibentuk tanpa fungsi atau software grafis semacam autocad yang akhirnya akan dibatasi oleh lisensi atau space.
- Tampilan jaringan distribusi yang mampu (zoom out) memperlihatkan semua komponen kelistrikan di PT. PLN(Persero) Cabang Banda Aceh. Distribusi secara single line diagram maupun berbasis geographis termasuk data base komponen Kelistrikannya.
4.4 Sistem Pengoperasian Scada PT PLN Banda Aceh
Pada
sitem pengoperasian Scada PT PLN Banda Aceh memiliki 5 gardu hubung yang telah
discada kan sistem yang digunakan yaitu :
1.
SLD
(Sistem Line Diagram)
2.
Geografical
Diagram
4.5 Prinsip Kerja Sistem Pengoperasian Scada PT
PLN Banda Aceh
Fasilitas SCADA diperlukan untuk melaksanakan
pengusahaan tenaga listrik terutama pengendalian operasi secara realtime. Suatu
sistem SCADA terdiri dari sejumlah RTU (Remote Terminal Unit), jaringan
telekomunikasi data antara RTU dan DMD yang kemudian akan ditampilkan dalam 2
sistem yaitu SLD( Sistem Line Diagram) dan Geographical Diagram. RTU dipasang
di setiap Gardu Induk atau Pusat Pembangkit yang hendak dipantau. RTU ini
bertugas untuk mengetahui setiap kondisi peralatan tegangan tinggi melalui
pengumpulan besaran-besaran listrik, status peralatan, dan sinyal alarm yang
kemudian diteruskan ke DMD melalui jaringan telekomunikasi data.
Dengan sistem SCADA maka DMD dapat
mendapatkan data dengan cepat setiap saat (real time) bila diperlukan,
disamping itu SCADA dapat dengan cepat memberikan peringatan pada DMD bila
terjadi gangguan pada sistem, sehingga gangguan dapat dengan mudah dan cepat
diatasi / dinormalkan. Data yang dapat diamati berupa kondisi ON / OFF
peralatan transmisi daya, kondisi sistem SCADA sendiri, dan juga kondisi
tegangan dan arus pada setiap bagian di komponen transmisi. Setiap kondisi
memiliki indikator berbeda, bahkan apabila terdapat indikasi yang tidak valid
maka operator akan dapat megetahui dengan mudah.
DMD mengacu pada operasi peralatan
dari jarak jauh, seperti switching circuit breaker, pengiriman sinyal balik
untuk menunjukkan atau mengindikasikan kalau operasi yang diinginkan telah
berjalan efektif. Sebagai contoh pengawasan dilakukan dengan menggunakan
indikasi lampu, jika lampu hijau menyala menunjukkan peralatan yang terbuka
(open), sedang lampu biru menunjukkan bahwa peralatan tertutup (close), atau
dapat menampilkan kondisi tidak valid yaitu kondisi yang tidak diketahui apakah
open atau close. Saat RTU melakukan operasi kendali seperti membuka circuit
breaker, perubahan dari lampu biru menjadi hijau pada pusat kendali menunjukkan
bahwa operasi berjalan dengan sukses.
Prinsip DMD ini menggunakan metode
pemindaian (scanning) secara berurutan dari RTU-RTU yang terdapat pada Gardu Induk-Gardu
Induk. Sistem ini mampu mengontrol beberapa RTU dengan banyak peralatan pada
tiap RTU hanya dengan satu DMD. Lebih lanjut, sistem ini juga mampu mengirim
dari jarak jauh data-data hasil pengukuran oleh RTU ke DMD , seperti data
analog frekuensi, tegangan, daya dan besaran-besaran lain yang dibutuhkan untuk
keseluruhan / kekomplitan operasi pengawasan .
DMD secara berurutan memindai
(scanning) RTU-RTU dengan mengirimkan pesan pendek pada tiap RTU untuk
mengetahui jika RTU mempunyai informasi yang perlu dilaporkan. Jika RTU
mempunyai sesuatu yang perlu dilaporkan, RTU akan mengirim pesan balik pada DMD,
dan data akan diterima dan dimasukkan ke dalam memori komputer. Jika
diperlukan, pesan akan dicetak pada mesin printer .Siklus pindai membutuhkan waktu
relatif pendek, sekitar 7 detik (maksimal 10 detik). Siklus pindai yaitu
pemindaian seluruh remote terminal dalam sistem. Ketika DMD memberikan perintah
kepada sebuah RTU, maka semua RTU akan menerima perintah itu, akan tetapi hanya
RTU yang alamatnya sesuai dengan perintah itulah yang akan menjalankannya.
Sistem ini dinamakan dengan sistem polling. Pada pelaksanaannya terdapat waktu
tunda untuk mencegah kesalahan yang berkaitan dengan umur data analog.
Selain dengan sistem pemindaian,
pertukaran data juga dapat terjadi secara incidental ( segera setelah aksi
manuver terjadi ) misalnya terjadi penutupan switch circuit breaker oleh
operator gardu induk, maka RTU secara otomatis akan segera mengirimkan status
CB di gardu induk tersebut keDMD. DMD akan segera mengetahui bahwa CB telah
tertutup.
Ketika operasi dilakukan dari DMD,
pertama yang dilakukan adalah memastikan peralatan yang dipilih adalah tepat,
kemudian diikuti dengan pemilihan operasi yang akan dilakukan. Operator pada DMD
melakukan tindakan tersebut berdasar pada prosedur yang disebut metode “select
before execute (SBXC)“, seperti di bawah ini:
1.) Dispatcher di Master Station memilih RTU.
2.) Dispatcher memilih peralatan yang akan
dioperasikan.
3.) Dispatcher mengirim perintah.
4.) Remote Terminal Unit mengetahui peralatan
yang hendak dioperasikan.
5.) Remote Terminal Unit melakukan operasi dan
mengirim sinyal balik pada DMD ditunjukkan dengan perubahan warna pada
layar dan cetakan pesan pada printer logging.
Prosedur di atas meminimalkan kemungkinan
terjadinya kesalahan operasi.
Jika terjadi gangguan pada RTU, pesan akan dikirim dari RTU yang mengalami gangguan tadi ke DMD, dan pemindaian yang normal akan mengalami penundaan yang cukup lama karena DMD mendahulukan pesan gangguan dan menyalakan alarm agar operator dapat mengambil tindakan yang diperlukan secepatnya. Pada saat yang lain, pada kebanyakan kasus, status semua peralatan pada RTU dapat dimonitor setiap 2 detik, memberikan informasi kondisi sistem yang sedang terjadi pada operator di Pusat Kendali (RCC).
Jika terjadi gangguan pada RTU, pesan akan dikirim dari RTU yang mengalami gangguan tadi ke DMD, dan pemindaian yang normal akan mengalami penundaan yang cukup lama karena DMD mendahulukan pesan gangguan dan menyalakan alarm agar operator dapat mengambil tindakan yang diperlukan secepatnya. Pada saat yang lain, pada kebanyakan kasus, status semua peralatan pada RTU dapat dimonitor setiap 2 detik, memberikan informasi kondisi sistem yang sedang terjadi pada operator di Pusat Kendali (RCC).
Hampir semua sistem kendali
pengawasan modern berbasis pada komputer, yang memungkinkan DMD terdiri dari
komputer digital dengan peralatan masukan keluaran yang dibutuhkan untuk
mengirimkan pesan-pesan kendali ke RTU serta menerima informasi balik.
Informasi yang diterima akan ditampilkan pada layar dan dicetak pada printer
sebagai permanent records.
4.6
Fungsi Sistem Pengoperasian Scada PT PLN Banda Aceh
Adapun fungsi dari DMD antara lain ialah :
5.
Dapat mengetahui jalannya Arus yang
dipakai.
6.
Mengeksekusi ke Gardu Hubung
yang akan di Scada kan.
7.
Memonitoring penyulang disetiap
gardu hubung di Banda Aceh.
8.
Melihat jaringan trafo di
geographical
4.7 Keistimewaan Sistem Pengoperasian Scada PT PLN Banda Aceh
Pengembangan tampilan visual system yang tidak lagi terbatas karena
tampilan visual yang dynamis (zoom in, zoom out) dibentuk tanpa fungsi atau
software grafis semacam autocad yang akhirnya akan dibatasi oleh lisensi atau
space.
- Tampilan jaringan distribusi yang mampu (zoom out) memperlihatkan semua komponen kelistrikan di PLN Banda Aceh. Distribusi secara singla line diagram maupun berbasis geographis termasuk data base komponen Kelistrikannya.
- Sistem Scada /DMD ini dan konsep awalnya adalah Scada untuk system kelistrikan, bukan Scada umum yang biasanya banyak terpasang di Indonesia.
BAB V
PENUTUP
5.1
KESIMPULAN
Dari hasil
praktik kerja yang telah kami lakukan dapat kami simpulkan sebagai berikut :
1.
SCADA merupakan singkatan dari Supervisory Control and Data Acquisition.
2.
SCADA merupakan alat pengontrol
dan pengumpul data yang berfungsi untuk memonitor keadaan suatu sistem. Bila
terjadi gangguan pada sistem tersebut, maka SCADA dapat menunjukkan letak titik
gangguan, sehingga gangguan dapat diatasi dengan cepat. Pada dasarnya besarnya energi yang telah dipakai
oleh pelanggan ditunjukkan dengan angka-angka (register) yang tertera pada alat
ukur KWH meter
3
Pada SCADA terdapat 3 bagian yaitu ; Telekontrol (TC), Telestatus (TS),
Telemetering (TM).
4
DMD
merupakan interface antara dispatcher dan sistem SCADA agar dispatcher dapat membaca, menganalisa
kondisi-kondisi sistem. Berdasarkan keperluannya, ada 3 buah jenis workstasion yaitu, workstasion operator, workstasion
engineer dan workstasion
administrator.
5
DMD (Distribution Mimic Diagram) merupakan
software komputer untuk membantu dispatcher memahami/mengawasi/mengontrol proses yang berlangsung
melalui layar monitor dalam bentuk SLD (Single
Line Diagram) dan Geographical
Diagram.
6
Gardu Hubung yang ter-SCDA-kan akan diprogram
untuk dapat ditampilkan dalam DMD. Hal ini dilakukan untuk mempermudahkan
apabila terjadi gangguan sehingga dapat diatasi gardu mana yang mengalami
kerusakan. Di dalam layar DMD.
5.2
SARAN-SARAN
Berdasarkan kerja praktek yang telah
dilaksanakan selama satu bulan, maka penulis menyampaikan beberapa saran yaitu :
1.
Pada saat kerja praktek ada baiknya peserta
diberikan pengenalan umum berupa
teori, dan kegiatan
yang akan mereka lakukan selama kerja.
2.
Peserta diberi kemudahan untuk berkonsultasi dan mengkopi bahan-bahan yang menunjang untuk
kerja praktek
di ruang perpustakaan
DAFTAR PUSTAKA